PENDAHULUAN
Bertitik tolak kepada konsep ilmu ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan berlangsung sepanjang masa, dalam perkembangannya ternyata pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan saling ketergantungan. Pemenuhan kebutuhan terhadap barang dan jasa ternyata tidak hanya diperoleh di dalam negeri sendiri akan tetapi lebih jauh diperoleh pula dari negara lain. Pada hakikatnya keterangan ini bermakna sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat konsumen secara luas sehingga keberadaannya yang terus menerus mengalami peningkatan memerlukan perlindungan.
Ekonomi internasional merupakan cabang ilmu ekonomi yang tersendiri karena persoalan-persoalan penting dan mendesak muncul dalam kenyataan sehari-hari yang dialami oleh setiap negara. Dalam kenyataannya perdagangan internasional sebagai bagian dari ekonomi internasional selalu menimbulkan berbagai masalah dan hambatan sehingga diperlukan berbagai upaya mengatasinya. Bagaimana upaya pemerintah untuk
intervensi dan apa akibatnya, masalah yang kompleks berlangsung secara berkelanjutan. Tidak dimungkinkan kebutuhan barang dan jasa semata berasal dari dalam negeri, bagaimana pula kalau dibutuhkan dari Negara lain.
Teori murni perdagangan internasional memberikan landasan yang tegas terhadap proses terjadinya perdagangan internasional dan bahkan dalam perkembangannya terus mengalami perubahan tentang pengertian advantage secara luas. Apabila mulanya perdagangan internasional itu dilakukan oleh masing-masing negara dalam pengertian advantage, dalam perkembangannya dewasa ini lebih meluas sebagai kelompok negara untuk berbagai komoditas; sebut saja OPEC. Begitu pun perdagangan internasional itu sendiri tidak lagi pada pola perdagangan bebas akan tetapi kebijakan pemerintah dan kelompok negara sebagai suatu kebijakan mempengaruhi pola perdagangan internasional. Keterangan ini memberi pengertian betapa luasnya wawasan perdagangan internasional di antarateori dan kenyataan.
Kemudian, perdagangan internasional dapat memberi keuntungan bagi suatu negara dan sebaliknya kerugian bagi negara lain. Mengapa hal inidapat terjadi disebabkan ketidakseimbangan di antara ekspor di satu sisi danimpor di sisi lain yang berlaku timbal balik. Konsekuensi lebih jauh tentunya akan berpengaruh langsung kepada nilai tukar (kurs) mata uang domestik terhadap mata uang domestik negara lain.
Meskipun demikian kurs tidak semata-mata bertumpu pada perdagangan internasional tetapiarus modal sebagai investasi juga menentukan. Untuk itu neraca
pembayaran suatu negara akan menjelaskan bagaimana perkembangan perdagangan internasional suatu negara dan arus modal yang akhirnya berdampak kepada apresiasi di satu sisi dan depresiasi di sisi lain terhadap kurs. Dalam perkembangannya kurs juga selalu mengalami fluktuasi yang tidak semata dipengaruhi oleh faktor ekonomi, tetapi faktor nonekonomi juga ikut menentukan.
Perdagangan internasional berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi global dan bahkan perekonomian domestik. Kebijakan perdagangan internasional sangat menentukan apakah memberikan manfaat berupa keuntungan atau sebaliknya yang kemudian akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi. Pemberlakuan tarif dan nontarif sebagai suatu kebijakan perdagangan tidak hanya membawa kepada penentuan manfaat dan keuntungan, tetapi secara otomatis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan produksi produk domestik.
Sumber:
http://search.mywebsearch.com/mywebsearch/GGmain.jhtml?st=hp&searchfor=teori%20murni%20perdagangan%20internasional&ptnrS=zkfox000&ptb=be65PndBgnhrKum42K8UAQ&n=77C09F4F
TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Teori perdagangan internasional ada 3(tiga) yaitu:
1. Teori Praklasik Merkantilisme
2. Teori Klasik
• Absolute Advantage dari Adam Smith
• Comparative Advantage dari David Ricardo yang dibagi lagi menjadi 2 yaitu: Cost comparative advantage(labor efficiency) dan Production Comperative Advantage(Labor Productifity)
3. Teori modern
• The Proportional Factors Theory
• Paradoks leontief
• Teori Opportunity Cost
• Offer Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)
I. Teori Praklasik Merkantilisme
Merkantilisme adalah suatu aliran/filsafat ekonomi yang tumbuh dan berkembang dengan pesat pada abad XVI s/d XVIII di Eropa Barat.
Ide pokok Merkantilisme adalah sebagai berikut:
1. Suatu Negara/Raja akan kaya, makmur dan kuat bila ekspor lebih besar daripada impor ( X > M ).
2. Surplus yang diperoleh dari selisih ( X - M ) atau ekspor neto yang positif tersebut diselesaikan dengan pemasukan logam mulia ( LM), terutama emas dan perak dari luar negeri.
3. Pada waktu itu LM digunakan sebagai alat pembayaran sehingga negara/raja yang memiliki LM yang banyak akan kaya, makmur dan kuat.
4. LM tersebut digunakan untuk membiayai armada perang guna memperluas perdagangan luar negeri dan penyebaran agama.
5. Penggunaan kekuatan armada perang untuk memperluas perdagangan luar negeri ini diikuti dengan kolonisasi di Amerika Latin, Afrika, dan Asia terutama dari abad XVI s.d XVIII.
Untuk melaksanakan ide tersebut diatas, merkantilisme menjalankan kebijakan perdagangan (trade policy) sebagai berikut :
1. Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali LM.
2. Melarang/membatasi impor dengan ketat, kecuali LM
Kelebihan dari teori merkantilisme adalah negara akan memperbesar jumlah ekspor karena negara/raja akan kaya, makmur dan kuat bila ekspor > impor.
Sedangkan kelemahan dari teori merkantilisme yaitu LM yang digunakan sebagai alat pembayaran akan menyebabkan banyaknya jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi inflasi dan harga barang impor menjadi rendah, akhirnya LM berkurang.
II. Teori Klasik
A. Absolute Advantage dari Adam Smith
Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut.
Teori absolute advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada 2 negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 10 unit tenaga kerja dan 6 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 12 unit dan 4 unit.
Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit Produksi
produksi Amerika Inggris
Gandum 10 12
Pakaian 6 4
Dari tabel diatas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian.
1 unit gandum diperlukan 12 unit tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 10 unit. (12 > 10 ). 1 unit pakaian di Amerika memerlukan 6 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 4 unit. Keadaan demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.
Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
B. Comparative Advantage dari David Ricardo
1. Cost Comparative Advantage ( Labor efficiency )
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana Negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relative kurang/tidak efisien. Berdasarkan contoh hipotesis dibawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative advantage.
Data Hipotesis Cost Comparative
produksi indonesia china
1 kg gula 4 hari kerja 7 hari kerja
1 m kain 5 hari kerja 6 hari kerja
Indonesia memiliki keunggulan absolute disbanding Cina untuk kedua produk diatas, maka tetap dapat terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan kedua Negara melalui spesialisasi jika Negara-negara tersebut memiliki cost comparative advantage atau labor efficiency.
Perhitungan Cost Comparative advantage
(labor efficiency)
Perbandingan cost 1 Kg gula 1 m kain
Data poerhitungan Cost Comparative (Labor Efficiency)
Berdasarkan perbandingan Cost Comparative advantage efficiency di atas, dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih effisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1 Kg gula ( 4 hari kerja ) daripada produksi 1 meter kain (5 hari kerja) hal ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula.
Sebaliknya tenaga kerja Cina ternyata lebih effisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam produksi 1 m kain (6 hari kerja ) daripada produksi 1 Kg gula (7 hari kerja) hal ini mendorong cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.
2. Production Comperative Advantage ( Labor produktifiti)
Suatu Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang / tidak produktif.
Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut dibandingkan cina untuk kedua produk, sebetulnya perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi dan menguntungkan keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor productivity.
kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi produksi antara 2 negara. Sedangkan kelebihannya adalah perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat terjadi walaupun hanya 1 negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-masing dari negara tersebut memiliki perbedaan dalam cost Comparative Advantage atau production Comparative Advantage.
III. Teori Modern
A. The Proportional Factors Theory
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggabarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggabarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu.
Analisis teori H-O :
1. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara
2. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilkinya.
3. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya
4. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
B. Paradoks leontief
Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta itu mengenai struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor). Amerika serikat tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks leontief .
Berdasarkan penelitian lebiih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu :
1. Intensitas faktor produksi yang berkebalikan
2. Tariff and Non tariff barrier
3. Pebedaan dalam skill dan human capital
4. Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam
Kelebihan dari teori ini adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.
C. Teori Opportunity Cost
Opportunity Cost digambarkan sebagai production possibility curve ( PPC ) yang menunjukkan kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu Negara dengan sejumlah faktor produksi secara full employment. Dalam hal ini bentuk PPC akan tergantung pada asusmsi tentang Opportunity Cost yang digunakan yaitu PPC Constant cost dan PPC increasing cost.
D. Offer Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)
Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu Negara untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai kemungkinan harga.
Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
Sumber:http://blogdeta.blogspot.com/2009/07/teori-perdagangan-internasional.html

Tidak ada komentar:
Posting Komentar